MEDIA ONLINE SIDIK UTAMA TERUPDATE DAN TERPERCAYA MEMBERIKAN BERITA NASIONAL POLRI TNI KULINER HUKUM KRIMINAL PENDIDIKAN KESEHATAN OLAHRAGA KEAGAMAAN SENI BUDAYA TERIMA KASIH Semakin Berisi, Semakin Merunduk: Filosofi Padi dalam Kehidupan Berilmu

Semakin Berisi, Semakin Merunduk: Filosofi Padi dalam Kehidupan Berilmu


Sidikutama.com || Dalam kehidupan, ada pepatah bijak yang kerap diucapkan orang tua: “Ilmu itu seperti padi, makin berisi makin merunduk.” Ungkapan ini mengandung makna mendalam tentang sikap rendah hati yang seharusnya dimiliki oleh orang-orang yang berilmu. Seperti padi yang setelah berisi tidak menengadah melainkan menunduk ke bumi, orang yang benar-benar memiliki ilmu sejati justru tidak sombong, melainkan bersikap tenang, sopan, dan santun terhadap siapa pun.

Ilmu sejati bukan hanya tentang kepintaran dalam berpikir atau banyaknya gelar yang disandang, melainkan tentang bagaimana seseorang menggunakan pengetahuan itu untuk memberi manfaat bagi sesama. Mereka yang benar-benar berilmu akan menyadari bahwa semakin banyak ia tahu, semakin luas pula ia menyadari bahwa masih banyak yang belum ia ketahui. Kesadaran ini yang melahirkan sikap rendah hati, bukan arogansi.

Sayangnya, di era digital saat ini, tidak sedikit orang yang baru mengetahui sedikit, sudah merasa paling benar. Media sosial sering kali menjadi ajang pamer ilmu, bukan untuk berbagi, tetapi untuk menunjukkan superioritas. Ini justru bertentangan dengan semangat dari filosofi padi tadi. Semakin tinggi pohon tanpa akar yang kuat dan batang yang merunduk, akan mudah tumbang oleh angin.

Orang yang merunduk bukan berarti lemah. Justru, mereka sedang menunjukkan kedewasaan dalam bersikap. Ia tidak perlu mengangkat dirinya tinggi-tinggi, karena orang lain sudah bisa melihat kualitasnya dari perbuatan dan sikap. Rendah hati membuat seseorang lebih disukai, dihormati, dan dijadikan panutan, jauh lebih daripada mereka yang selalu ingin menonjol.

Dalam Islam pun, Rasulullah SAW mengajarkan sikap tawadhu’ (rendah hati) sebagai bagian dari akhlak mulia. Beliau, meski sebagai manusia pilihan, tidak pernah menyombongkan diri. Beliau menyapa, membantu, dan merangkul siapa saja tanpa membedakan derajat dan kedudukan. Itulah teladan orang berilmu yang merunduk sebagaimana padi yang semakin matang.

Akhirnya, kita semua perlu merenungi: sudahkah ilmu yang kita miliki membuat kita lebih bijak dan rendah hati? Atau justru menjadikan kita tinggi hati dan sulit menerima masukan? Karena sejatinya, orang hebat bukan yang paling banyak bicara atau dipuji, melainkan yang ilmunya membuat dunia di sekitarnya menjadi lebih baik - dengan ketenangan, kesantunan, dan kerendahan hati.

Reporter : Ihwan